Selasa, 17 Mei 2016

sejarah peradaban islam pada masa nabi muhammad saw

BAB I
PENDAHULUAN

A.                      LATAR BELAKANG
Dalam sejarah, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang tokoh agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah dan paganis di Jazirah Arab. Dia adalah Muhammad bin ‘Abdullah, rasul terakhir dan penutup para nabi. Perjalanan kehidupannya adalah sebuah sejarah kepemimpinan yang sangat penting bagi umat manusia. Suri teladan yang ada pada diri rasulullah SAW yang menjadi panutan umat islam. Sebagaimana firman allah :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Q.S. Al-Ahzab : 21).
Suri teladan yang ada pada diri rasulullah SAW tidak akan bisa kita ketahui pada zaman sekarang tanpa kita mengetahui dan mempelajari sejarah-Nya.
Sejarah perkembangan masyarakat arab dalam kenyataan tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan islam. Bangsa arab adalah suatu bangsa yang diasuh dan dibesarkan Islam; dan juga Islam didukung dan berkembang luaskan oleh bangsa arab. Dengan jelas sejarah menunjukan bahwa kemajuan bangsa arab sampau menjadi bangsa besar, kuat dan bersatu adalah berkat kesetiaan dan keikhlasannya terhadap islam. Demikian pula, islam cepat tersiar dan tersear luas ke penjuru dunia, berkat peranan islam.
Persoalan yang dihadapi Nabi ketika di Madinah jauh lebih komplek dibanding ketika di Mekkah. Di Madinah umat islam sudah berkembang pesat dan harus hidup berdampingan dengan sesama pemeluk agama lain, seperti Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, pendidikan yang diberikan oleh Nabi juga mencakup urusan-urusan muamalah atau tentang kehidupan bermasyarakat dan berpolitik.


B.                      Rumusan masalah
1.                        Bagaimana kondisi bangsa arab sebelum islam masuk?
2.                        Bagaimana sistem dakwah rasul SAW.?
3.                        Bagaimana pembentukan masyarakat madinah setelah nabi SAW. hijrah?

C.                       Tujuan penulisan
1.                        Mengetahui bagaimana kondisi bangsa arab sebelum islam masuk?
2.                        Mengetahui bagaimana sistem dakwah rasul SAW.?
3.                        Mengetahui bagaimana pembentukan masyarakat madinah setelah nabi SAW. hijrah?















BAB II
PEMBAHASAN
A.  Bangsa arab sebelum islam
a.          Asal Usul Bangsa Arab
Secara Etimologis kata Arab berasal dari kata ‘Araba artinya yang berani bergoyang atau mudah berguncang. Bangsa Arab maupun Israel termasuk dalam rumpun bangsa Semit atau Samyah. Nabi Ibrahim dianggap sebagai cikal bakal dari rumpun bangsa itu yang diduga berasal dari Babilonia.
Secara geografis, daratan jazirah Arab didominasi padang pasir yang luas, serta memiliki iklim yang panas dan kering. Hampir lima per enam daerahnya terdiri dari padang pasir dan gunung batu.[1] Luas padang pasir ini diklasifikasikan Ahmad Amin sebagai berikut:
1.      Sahara Langit, yakni yang memanjang 140 mil dari utara ke selatan dan 180 mil dari timur ke barat. Sahara ini disebut juga sahara Nufud. Di daerah ini, jarang sekali ditemukan lembah dan mata air. Angin disertai debu telah menjadi ciri khas suasana di tempat ini. Hal itulah yang menyebabkan daerah ini sulit dilalui.
2.      Sahara Selatan, yakni yang membentang dan menyambung Sahara Langit ke arah timur sampai selatan Persia. Hampir seluruhnya merupakan dataran keras, tandus, dan pasir bergelombang. Daerah ini juga disebut dengan daerah sepi (al-Rub’ al-Khali).
3.      Sahara Harrat, yakni suatu daerah yang terdiri dari tanah liat berbatu hitam. Gugusan batu-batu hitam itu menyebar di seluruh sahara ini.
Secara garis besar, jazirah Arab dibedakan menjadi dua, yakni daerah pedalaman dan pesisir. Daerah pedalaman jarang sekali mendapatkan hujan, namun sesekali hujan turun dengan lebatnya. Kesempatan demikian biasa dimanfaatkan penduduk nomadik dengan mencari genangan air dan padang rumput demi keberlangsungan hidup mereka. Sedangkan daerah pesisir, hujan turun dengan teratur, sehingga para penduduk daerah tersebut relatif padat dan sudah bertempat tinggal tetap. Oleh karena itu, di daerah pesisir ini, jauh sebelum Islam lahir, sudah berkembang kota-kota dan kerajaan-kerajaan penting, seperti kerajaan Himyar, Saba’, Hirah dan Ghassan.[2]
Bangsa arab hidup berpindah-pindah, karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tumbuhnya stepa (padang rumput) yang tumbuh di tanah arab di sekitar genangan air setelah turun hujan.
Perkembangan bangsa Arab terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu: 
1)   Arab Ba'idah, yaitu kelompok yang telah punah sejarah mereka telah terhenti bersama dengan punahnya mereka dipermukaan bumi, seperti bangsa Ad dan Tsamud.
2)   Arab Aribah, Yaitu cikal bakal dari rumpun bangsa Arab yang ada sekarang ini. Mereka berasal dari keturunan Qhattan yang menetap di tepian sungai Eufrat kemudian pindah ke Yaman.
3)   Arab Musta'rabah (Arab Campuran), yaitu keturunan suku Ad-nan yang umumnya mereka tinggal di hijaz. Mereka adalah keturunan nabi Ismail as. 
Kehidupan orang-orang Arab sebelum Islam sering disebut dengan kehidupan Jahiliyah. Akan tetapi, jahiliyah dalam pengertian suatu tata kehidupan yang terlepas dari nilai-nilai ajaran Agama, walaupun masyarakatnya menganut agama.
b.         Segi Sosial Budaya Arab
Sistem sosial masyarakat Arab mengikuti garis bapak (patrilinial) dalam memperhitungkan keturunan, sehingga setiap nama anak dibelakangnya selalu disebutkan nama bapak. Bahkan secara beruntun nama bapak-bapak mereka dicantumkan  dibelakang nama mereka dan dikaitkan dengan status dalam keluarga , yaitu bin yang berasal dari kata ibnu yang berarti anak laki-laki. Bagi anak perempuan  tentu saja disebut binti, yang berarti anak perempuan. Orang-orang Arab sangat bangga dengan rentetan nama-nama dibelakang  nama mereka. Dalam sebuah kabilah atau suku bangsa mereka terikat oleh bapak moyang mereka yang sangat dihormati. Sekelompok orang yang berada dalam satu garis keturunan dengan moyang yang sama biasa disebut sebagai satu keluarga besar dengan sebutan Bani (anak keturunan), keluarga atau dinasti tertentu. Dalam sistem masyarakat Arab yang sederhana sebuah kabilah dikepalai seorang ternama sebagai seorang bapak utama atau perimus interpares, dengan julukan syekh.
Masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat yang sudah mengenal sistem perbudakan. Sistem kekerabatanya adalah sistemik partilinial (Patriarchat-agnatic) yaitu hubungan kekerabatan yang berdasarkan garis keturunan bapak. Wanita kurang mendapat tempat yang layak dalam masyarakat. Bahkan tidak jarang apabila mereka melahirkan anak perempuan, mereka merasa malu dan hina, kemudian mereka kuburkan hidup-hidup, seperti yang dinyatakan dalam ayat Al-qur'an surat An-Nahl Ayat 58-59: artinya: dan apabila salah seorang diantara mereka dikabarkan dengan kelahiran anak perempuan, lalu merah pada mukanya, sedang ia berduka cita. Ia menyembunyikan diri dari kaumnya, karena kejelekan berita tersebut, apakah anak perempuan tersebut terus dipelihara dengan menanggung hina atau dikubur hidup-hidup ke dalam tanah. Ketahuilah amat kejam hukuman yang mereka lakukan.
jahiliyyah) adalah konsep dalam agama Islam yang berarti "ketidaktahuan akan petunjuk ilahi" atau "kondisi ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan" atau masa kebodohan Pengertian khusus kata Jahiliyah ialah keadaan seseorang yang tidak memperoleh bimbingan dari Islam dan al-Qur'an.[3]
c.          Segi ekonomi dan Perdagangan
Terikat oleh keadaan geografis alam yang tandus kering dan gersang, maka pada umumnya kehidupan orang Arab sebelum Islam bersumber dari kegiatan perdagangan, pertanian dan peternakan. Mereka berpindah-pindah menggiring ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau ke padang rumput. Mereka mengosumsi daging dan susu dari ternaknya. Serta membuat pakaian dari bulu domba. Jika telah terpenuhi kebutuhannya, mereka menjualnya kepada orang lain. maka terkenallah beberapa kota di Hijaz sebagai pusat perdagangan, seperti Mekkah, Madinah, Yaman dan lain-lainya. Orang kaya dikalangan mereka  terlihat dari banyaknya hewan yang dimiliki. Lahan rerumputan yang ada di daerah itu sangatlah sedikit, oleh karena itu kehidupan para peternak selalu berpindah-pindah (nomaden) sesuai dengan lahan tempat mereka, perselisihan atau peperangan antar suku dengan yang lain disebabkan ternak. Mereka saling memperebutkan lahan yang memiliki padang rumput dan air, demi mempetahankan kehidupan.
d.         Kondisi Politik Masyarakat Arab Sebelum Islam
Pada masyarakat Arab pra-Islam dapat dibagi menjadi bua bagian berdasarkan atas batas territorial:
1)      Penduduk kota (al-hadharah ) yang tinggal di kota perniagaan jazirah arabia, seperti Makkah dan Madinah. Kota Makkah merupakan kota penghubung perniagaan Utara dan Selatan. Para pedagang dengan kabilah-kabilah yang berani membeli barang dagangan dari India dan Cina di Yaman dan menjualnya ke Syiria di Utara.
2)      Penduduk pedalaman yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Cara mereka hidup adalah nomaden, berpindah dari suatu daerah ke daerah lain, mereka tidak mempunyai perkampungan yang tetap dan mata pencaharian yang tepat bagi mereka adalah memelihara ternak, domba dan unta.
Bangsa Arab terdiri beberapa suku. Mereka memiliki rasa cinta berlebihan terhadap sukunya. Tidak jarang, peperangan terjadi antar suku. Seperti perang Fujjar, perang saudara yang terkenal karena terjadi beberapa kali. Pertama perang terjadi antara Suku Kananah dan Hawazan.
e.          Kehidupan Keagamaan Bangsa Arab
Sebelum Islam penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, dan Jazirah Arab telah dihuni oleh beberapa ideolgi, keyakinan keagamaan. Bangsa Arab sebelum Islam telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun temurun sejak nabi Ibrahim as dan Ismail as. al-Qur’an menyebut agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rezeki dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama yang hanif disebut dengan Watsniyah, yaitu agama yang mempersyarikatkan Allah dengan mengadakan penyembahan kepada :
·         Anshab, batu yang memiliki bentuk
·         Autsa, patung yang terbuat dari batu
·         Ashnam, patung yang terbuat dari kayu, emas, perak, logam dan semua patung yang tidak terbuat dari batu.
Berhala atau patung yang pertama yang mereka sembah adalah : Hubal. Dan kemudian mereka membuat patung-patung seperti Lata, Uzza, Manata, dll. Tidak semua orang arab jahiliyah menyembah Watsaniyah ada beberapa kabilah yang menganut agama Yahudi dan Masehi. Agama Yahudi dianut oleh bangsa Yahudi yang termaksud rumpun bangsa Samiah (semid). Asal usul Yahudi berasal dari Yahuda salah seorang dari dua belas putra nabi Yakub.

B.                      Sistem dakwah rasul. SAW
a.     Dakwah Rasulullah di Makkah
Muhammad SAW, Nabi akhir zaman, dilahirkan (tahun 570 M, menurut ahli sunnah) di kota Makkah dan merupakan keturunan bangsa Arab.Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah terbagi dalam 2 periode, yaitu di Mekkah dan Madinah. Mekkah merupakan kota pertamakali penyebaran agama Islam, karena Rasulullah SAW. adalah penduduk asli kota Mekkah. Saat ia diangkat menjadi Rasulullah ia menerima pesan untuk menyampaikan dakwah kepada khalayak Mekkah pada saat itu. Dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. di kota Mekkah pada masa Kenabiannya dapat di bagi dalam 3 tahapan yaitu secara sembunyi-sembunyi dengan melakukan pembinaan dan pengkaderan, semi rahasia dan secara terang terangan atau Zhair dan melakukan upaya pembentukan sistem  masyarakat. Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan bagaimana ketiga tahapan tersebut:
a)    Tahap pertama dengan melakukan dengan rahasia.
Dakwah Rasulullah pada tahap ini dilaksanakan secara sirriyah (rahasia) dalam waktu tiga tahun . Waktu itu dakwah belum dilakukan secara terbuka di depan umum, melainkan melalui individu-individu , dari rumah ke rumah. Mereka yang menerima dakwah Islam dikumpulkan di rumah Arkom , sehingga rumah itu dikenal sebagai Darul Arqam. Disanalah mereka di bina  dan dikader dengan sungguh-sungguh dan secara terus menerus.
Pada tahapan dakwah ini, orang-orang terdekat dengan Rasulullah SAW. dan orang-orang yang dianggap mampu memegang rahasia yang diajak oleh Rasulullah untuk mempelajari Islam. Orang yang pertama kali masuk Islam adalah khadijah , istrinya , selanjutnya Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan teman dekat Rasulullah SAW, yaitu Abu Bakar as-Shiddiq.[4]
b)    Tahapan kedua yaitu seruan Nabi Muhammad saw. (Masih semi rahasia).
Pada tahapan ini, Nabi Muhammad saw. mengajak kepada kaum keluarganya yang bergabung dalam rumpun Bani muthalib untuk masuk Islam. Tahapan ini dijalankan berdasarkan petunjuk wahyu yang menegaskan supaya  dakwah dilakukan lebih luas.
c)     Tahap ketiga secara terang-terangan.
Pada tahapan ini bentuk dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. adalah dengan cara terang-terangan atau terbuka kepada seluruh masyarakat Jazirah Arab.[5] Tahapan ini penuh dengan rintangan dan perjuangan setelah mendapatkan perintah dari Allah SWT. Sebagaiamana terdapat dalam surah al_hijr: 94.
Dakwah pada masa ini, mendapat reaksi yang sangat keras dari kalangan kaum musyrikin . Siksaan dan penganiayaan datang bertubi-tubi. Istri Bilal bin Rabbah disiksa hingga meninggal, sedangkan Bilal sendiri di paksa berbaring di siang hari bolong di tengah teriknya  matahari.[6] Puncak dari kekejaman itu sangat dirasakan oleh Rasulullah saw. takkala dua pilar utama penopangnya yakni Abu Thalib pamannya dan Khadijah istrinya meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi di tahun ke sepuluh kenabiannya. Kondisi ini menyebabkan Nabi Muhammad  saw. semakin diejek dan disoraki dan dilempari batu bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.
Sekian tahun nabi berdakwah di kota mekah, namun hanya beberapa orang saja yang beriman. Bahkan mereka yang tetap musyrik selalu menganggu  jalannya dakwah nabi, sampai berusaha untuk membunuh nabi. SAW. Dengan demikian kota mekah pada saat itu sangat sulit untuk dijadikan sebagai tempat berdakwah sehingga nabi memutuskan untuk hijrah ke madinah.
b.     Dakwah rasul SAW. di madinah
Siasat nabi SAW. untuk menanamkan islam di antara penduduk madinah dilakukan melalui dua cara. Pertama, beliau menemui mereka dimusim ibadah haji di mekah dan kedua beliau mengutus utusannya ke madinah atas permintaan mereka.[7] Nabi saw. memilih untuk hijrah menuju madinah karena sebelum hijrah itu terjadi, bangsa arab yang bermukim di madinah sebenarnya telah banyak diantara tokoh-tokoh mereka yang tertarik untuk masuk islam setelah melakukan haji di makkah. Selain itu, banyak juga yang telah memahami tentang ketuhanan, kenabian, dan wahyu. Kemudian mereka juga mengusulkan agar nabi hijrah ke madinah.
Kondisi orang-orang madinah yang sering berperang sedangkan kebiasaan bangsa arab pada musim haji datang untuk beribadah ke mekkah  dimanfaatkan oleh nabi sebagai momen untuk menyampaikan dakwah islam kepada mereka. Beliau saling memperkenalkan diri hingga akhirnya beliau mengajak mereka kepada islam dengan membacakan beberapa ayat al-qur’an. Satu persatu tertarik dan menyatakan keislamannya, kemudian beliau menasehati mereka agar menyiarkan agama islam ke kampung halamannya.
Setelah beberapa tahun berlalu, orang-orang madinah pun bergantian datang kepada nabi untuk menyatakan keislamannya. Seiring dengan hal itu, para pengikut agama islam semakin bertambah dan menyebar luas sampai akhirnya nabi memerintahkan untuk hijrah. Kedatangan beliau disambut dengan rasa rindu dan rasa cinta oleh kaum muslimin madinah sambil diringi dengan melagukan puisi.
C.                      Pembentukan Masyarakat Madinah
Setelah Nabi mendapat pengikut yang selalu mendukungnya dalam dakwahnya, Nabi dapat dengan mudah membangun masyarakat islam, meskipun keadaannya lebih kompleks daripada keadaan ketika beliau di Mekkah. Karena, ketika Nabi berada di Mekkah, dakwahnya hanya fokus pada ajaran perbaikan Tauhid dan Akhlak. Sedangkan ketika Nabi berada di Madinah, yang masyarakatnya sudah banyak yang muslim, dan hidup berdampingan dengan pemeluk agama non islam, maka Nabi lebih memprioritaskan kepada pendidikan bermasyarakat yang baik dan berpolitik. Diantara usaha-usaha Nabi untuk membangun masyarakat Madinah adalah sebagai berikut:


a.       Membangun Masjid
Pada awal dakwah Nabi di Madinah, beliau mendahulukan untuk untuk membangun masjid daripada membangun bangunan lainnya, termasuk rumah kediaman beliau sendiri, karena masjid mempunyai potensi yang sangat vital dalam menyatukan umat dan menyusun kekuatan mereka kaum muslimin secara lahir dan batin, untuk membina masyarakat islam atau daulah islamiyah berlandaskan semangat Tauhid.
b.      Mempersaudarakan Kaum Muhajjirin dengan Anshor
Kaum Muhajjirin yang jauh yang jauh dari sanak saudaranya di Mekkah dipererat oleh Nabi dengan mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshor, karena kaum Anshor telah menolong kaum Muhajjirin dengan ikhlas dan tidak memperhitungkan keuntungan-keuntungan yang bersifat materi, melainkan hanya karena mencari keridhoan Allah semata.
c.       Perjanjian Perdamaian dengan Kaum Yahudi
Guna menciptakan suasana tenteram dan aman di kota yang baru bagi Islam (Madinah), Nabi Muhammad Salallahu’alaihiwasallam membuat perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi, yang berdiam di dalam dan di sekeliling kota Madinah. Dalam perjanjian ini ditetapkan dan diakui hak kemerdekaan tiap-tiap kelompok untuk memeluk dan menjalankan agamanya.  Inilah salah satu perjanjian politik yang memperlihatkan kebijaksanaan Nabi sebagai seorang ahli politik yang ulung. Tindakan seperti ini belum pernah dilakukan dilakukan oleh nabi-nabi dan Rasul-Rasul yang terdahulu, baik oleh nabi Isa a.s maupun nabi Musa a.s atau nabi-nabi sebelum mereka.
Diantara isi perjanjian yang dibuat dengan kaum Yahudi antara lain:
·  Kaum Yahudi hidup damai dengan kaum Muslimin, kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan agama masing-masing.
·  Kaum Muslimin dan Yahudi wajib tolong menolong untuk melawan siapa saja yang memerangi mereka. Orang-orang Yahudi memikul tanggung jawab belanja sendiri, dan orang-orang islam memikul sendiri pula.
·  Kaum Muslimin dan Yahudi wajib saling menasehati dan tolong menolong dalam bermasyarakat.
·  Siapa saja yang tinggal di dalam atau di luar dari kota Madinah, wajib dilindungi keamanan dirinya, kecuali orang-orang dzalim dan bersalah.
Pejanjian politik yang dibuat oleh Nabi sejak 14 abad silam menjamin kemerdekaan beragama dan meyakini hak-hak kehormatan jiwa dan harta meski golongan tersebut adalah non Muslim.  
d.      Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi dan Sosial.
Masyarakat Islam Madinah telah terwujud, maka sudah tiba bagi Nabi Muhammad untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat Islam yang baru saja terwujud itu, baik di lapangan politik, ekonomi, sosial maupun yang lain.  Terbentuknya negara Madinah, adalah akibat dari perkembangan pemeluk Islam yang menjelma menjadi kelompok sosial dan memiliki kekuatan politik riil pasca periode Makkah di bawah pimpinan Nabi. Setelah di Madinah posisi Nabi dan umatnya mengalami perubahan besar. Di kota itu mereka mempunyai kedudukan yang baik dan segera menjadi umat yang kuat dan independen.
Dalam perkembangan Islam di Madinah, nabi telah memerintahkan kaumnya untuk berzakat, berpuasa dan hukum-hukum yang bertalian dengan pelanggaran atau larangan, jinayat dan lain-lain. Dengan ditetapkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial maka semakin teguhlah bentuk masyarakat Islam, sehingga dari hari ke hari pengaruh agama Islam di kota Madinah semakin bertambah besar. 
e.       Membangun Kekuatan Militer untuk Mempertahankan Madinah.
Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, beliau mengetahui bahwa pihak Quraisy tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang di sana dan akan melakukan apapun untuk menghancurkannya beserta pengikutnya.  Oleh karena itu, beliau perlu membangun pasukan militer atau pasukan perang untuk memperkuat sistem pertahanan Madinah, sehingga siapapun yang memeluk agama Islam akan merasa aman dan selamat di kota tersebut.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Secara geografis jazirah arab hampir seluruh wilayahnya merupakan padang pasir yang sangat luas. Asal-usul bangsa arab menurut para ahli sejarah terbagi menjadi 3 suku yaitu Arab Ba’idah, Arab Aribah, Arab Musta'ribah, system pemerintahan yang digunakan, peradaban bangsa arab pra-islam, kehidupan keagamaan bangsa arab.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun,Mekkah merupakan sentral agama bangsa Arab dan di sana mempunyai peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab, hal seperti ini bisa meyebabkan musibah dan kesulitan. Maka dalam menghadapi kondisi ini, tindakan yang paling bijaksana adalah memulai dakwah dengan sembunyi-sembunyi, agar penduduk Mekah tidak kaget karena tiba-tiba menghadapi sesuatu yang menggusarkan mereka.Setelah beberapa lama Nabi Muhammad Saw., melakukan dakwah secara rahasia atau sembunyi-sembunyi turunlah perintah Allah Swt. agar beliau melakukan dakwah secara terbuka dihadapan umum. Langkah yang pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah secara terbuka adalah mengundang dan meyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib.
Pembentukan masyarakat madinah diawali dengan pembangunan masjid, Mempersaudarakan Kaum Muhajjirin dengan Anshor, Perjanjian Perdamaian dengan Kaum Yahudi, Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi dan Sosial, Membangun Kekuatan Militer untuk Mempertahankan Madinah.






Daftar Pustaka


Amin Masyhur. 2004. Sejarah peradaban islam. Bandung: Indonesia spirit foundation.
Ahmad Syalabi. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Cet.,I; Jakarta: Pustaka al-Husna.
Syukur, Fatah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Su’ud, Abu. 2003. Islamologi, Sejarah Ajaran, dan Peranannya Dalam Peradaban Umat Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Malang: UIN Malang Press, 2008
Mujahidin, Ahmad. “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-Negara Sekitarnya”. Jurnal Akademika, Volume 12 Nomor 2. Maret, 2003.
http://solihatcollection2.blogspot.co.id/2012/08/sistem-dakwah-rasulullah-saw-di-makkah_7.html





[1]  Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Malang: UIN Malang Press, 2008), 43-44.
[2] Ahmad Mujahidin, “Arab Pra Islam; Hubungan Ekonomi dan Politik dengan Negara-Negara Sekitarnya”, Jurnal Akademika, Volume 12, Nomor 2 (Maret, 2003), 4.
[3] Su’ud, Abu. 2003. Islamologi, Sejarah Ajaran, dan Peranannya Dalam Peradaban Umat Manusia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Hlm:15.
[4] Masyhur Amin. 2004. Sejarah peradaban islam. Bandung. Indonesia spirit foundation. Hlm.15.
[5] Ibid. Hlm.16.
[6] Ibid. Hlm.19.
[7] Ibid. Hlm.32.